– PEMENTASAN “TANGIS” TEATER GANDRIK

IMG_20150207_135314

 

TEATER GANDRIK, akan manggung mementaskan lakon Tangis, pada 11-12 Februari 2015 di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, kemudian dilanjutkan dengan pementasan di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki Jakarta, 20-21 Februari 2015. Inilah lakon, yang pada awalnya ditulis oleh (Alm) Heru Kesawa Murti, dan karena itu pementasan Teater Gandrik ini mempunyai makna yang spesial. Saya, kemudian mengembangkannya. Tangis berlatar perusahaan batik milik Juragan Abiyoso menyimpan banyak masalah. Perusahan batik yang sukses itu perlahan-lahan mengalami kebangkrutan. Banyak spekulasi perihal apa yang menyebabkan trah Juragan Abiyoso itu berantakan. Pak Dulang, seorang dalang, menceritakan tentang “canting pusaka” milik Juragan Abiyoso yang kabarnya hilang. Berkat “canting pusaka” itulah konon kabarnya Abiyoso bisa sukses menjadi juragan batik. Kini, rumah sekaligus pabrik batik itu menyimpan banyak misteri. Bahkan kabarnya berhantu. Suatu kali, seorang buruh pabrik batik bernama Sumir mendadak menghilang dan dikabarkan mati sebagai tumbal. Lanjutkan membaca ‘– PEMENTASAN “TANGIS” TEATER GANDRIK’

– LOKALITAS DAN METROPOLITAS DALAM SASTRA KITA

 

 

IMG_20150120_222922

Menyimak dua buku Cerpen Pilihan Kompas, Laki-laki Pemanggul Goni (2012) dan Klub Solidartas Suami Hilang (2013) kita menemukan beberapa cerita yang memiliki keragaman latar sosial budaya. Rupanya, itu memang menjadi kesadaran Kompas, setidaknya sebagaimana yang disampaikan dalam pengantar buku itu, yang berharap cerpen-cerpen yang muncul “mampu menghadirkan masalah-masalah sosial di wilayah-wilayah Indonesia yang terasa di luar jangkauan, maupun ranah budaya yang kurang dikenal” agar kisah dan tema makin beragam, atau setidaknya, “cukup memberi gambaran yang berbeda, yang menggenapi sosok Indonesia”.

Kita bisa memahami pernyataan di atas, bila membaca karya-karya sastra Indonesia hari ini, yang memang lebih dominan menghadirkan persoalan perkotaan. Ini ditengarai Kompas mengakibatkan ada semacam wabah “myopia”, penyakit rabun jauh. Kita kehilangan cara pandang untuk melihat keberagaman, wilayah-wilayah yang berada di kejauhan, yang hanya samar-samar muncul dalam karya sastra, karena nyaris “cara pandang” sastra kita terfokus pada perkotaan, dengan latar dan lanskapnya: kafe, gedung-gedung menjulang, kemacetan, dan beragam persoalan bawaannya. Lanjutkan membaca ‘– LOKALITAS DAN METROPOLITAS DALAM SASTRA KITA’

– BUKU “CERITA BUAT PARA KEKASIH” AGUS NOOR

Seperti dalam 1001 malam, kukisahkan cerita- cerita ini untukmu. Kenangkanlah, ketika pada suatu malam aku menceritakannya dalam hidupmu…

Cover Cerita buat para kekasih-C-R

 

Begitulah, dari satu malam ke malam lainnya, seorang kekasih yang setiap malam selalu merasa dirinya menjelma kunang-kunang, bercerita pada para kekasihnya. Cerita yang seakan mengusir kebosanan dan kesepiannya. Cerita yang berusaha menentramkan kekasihnya. Cerita yang kadang menakjubkan tapi kadang juga membuat gemetar yang mendengarnya. Ia, kekasih yang suka bercerita itu ingat, suatu malam seseorang pernah berkata padanya. ”Di antara para kekasihku, hanya kamu yang suka bercerita. Rasanya belum tercatat di Guinness Book of World Records siapa yang paling banyak bercerita dalam satu malam. Ratu Syahara- zad, hanya menceritakan satu cerita dalam satu malam..”

”Berapa records-ku?”

”Dua belas cerita dalam satu malam….”

Dan ia tertawa.

”Kenapa?”

”Itu melampaui jumlah pacar-pacarku…”

”Tapi pasti jauh lebih sedikit dibanding bualanmu!”

Lanjutkan membaca ‘– BUKU “CERITA BUAT PARA KEKASIH” AGUS NOOR’

– LANGIT DAN LAUT

Langit dan Laut

 

LANGIT DAN LAUT

 

 

 

bila aku langit dan kau laut

apakah yang menjadi batasnya?

 

bila aku laut dan kau langit

bagaimana cara membedakannya?

 

bila langit dan laut adalah kita

siapa akan lebih dulu terluka?

 

kita langit dan laut yang dipertemukan,

bukan untuk berbagi kebahagiaan

tapi untuk saling menguatkan

Lanjutkan membaca ‘– LANGIT DAN LAUT’

– KEMENANGAN

Dalam situasi dan kondisi apa “kemenangan” menjadi bernilai dan mermakna? Ini esai opini saya, yang dimuat di KOMPAS, Senin, 21 Juli 2014. Selamat merenungkan…

 

GAMBAR KEMENANGAN

 

Ramadhan, Piala Dunia dan pilpres, terasa saling berkaitan saat ini, untuk merefleksikan makna kemenangan. Ramadhan, disebut “bulan kemenangan” yang ditandai dengan limpahan rahmat. Piala Dunia dan pilpres, tak bisa dilepaskan dari hasrat untuk menjadi pemenang. Dalam politik, tak ada kekuasaan tanpa kemenangan. Hasrat akan kemenangan merupakan sifat dasar manusia yang kompetitif, juga hasrat untuk berkuasa (the will to power) seperti ditegaskan Nietzsche, menjadi “manusia unggul” (Ubermensch). Lanjutkan membaca ‘– KEMENANGAN’

– RAKYAT YANG WARAS

Ini esai saya, yang terbit di Harian KOMPAS, Selasa 24 Juni 2014. Selamat jadi rakyat yang waras…

gambar25

 

 

RAKYAT YANG WARAS

 

 

Beruntunglah negara ini memiliki rakyat yang waras. Bahkan, bila diungkapkan dengan hiperbolis, rakyat yang waras itulah satu-satunya keberuntungan yang masih dimiliki negara kita, karena sumber daya alam yang melimpah, keanekaragaman hayati dan kekayaan kebudayaan sudah lama diabaikan negara.

Telah sekian lama negara tidak mampu melindungi potensi-potensi yang sesungguhnya sangat berharga itu. Bila Indonesia tidak benar-benar menjadi negara gagal (failed states) dengan situasi seperti yang terjadi di Somalia, Chad, Zimbabwe atau Kongo, maka itu bukanlah karena negara telah bekerja efektif mengatasi indikasi bermacam kegagalannya, tetapi lebih karena rakyat yang waras itu terus memberdayakan dirinya, tanpa merasa perlu tergantung pada negara. Sampai-sampai ada ungkapan yang diekspresikan melalui mural tembok kota: “teruslah bekerja, jangan berharap pada negara”. Karena negara tak hanya seringkali absen saat rakyat membutuhkan perannya, tetapi negara memang terlalu direpoti oleh urusan-urusan politik, birokrasi yang tak efisien, sampai kasus-kasus korupsi yang tak berkesudahan. Ada anekdot tiap kali terjadi bencana: yang pertama kali sampai ke tempat bencana bukanlah pemererintah (sebagai representasi negara) tetapi mie instans. Lanjutkan membaca ‘– RAKYAT YANG WARAS’

– KARTU POS DARI SURGA

Saya teringat kembali cerpen ini, ketika membaca berita pesawat Boeing 777 maskapai penerbangan Malaysia Airlines, hilang — yang sampai tulisan ini saya posting, belom jelas kabarnya. Di duga hilang di Samudera HIndia. Ini cerpen lama saya, ada di buku antologi cerpen Pilihan Kompas 2008 dan juga masuk dalam buku cerpen-cerpen terbai Indonesia Penas Kencana tahun 2009. Kemudian saya masukkan dalam buku Sepotong Bibir paling Indah di Dunia. Saya pernah munuliskan pula, bagaimana proses cerpen ini saya selesaikan.

 

Kartu Pos 5

 

KARTU POS DARI SURGA

Mobil jemputan sekolah belum lagi berhenti, Beningnya langsung meloncat menghambur. “Hati-hati!” teriak sopir. Tapi gadis kecil itu malah mempercepat larinya. Seperti capung ia melintas halaman. Ia ingin segera membuka kotak pos itu. Pasti kartu pos dari Mama telah tiba. Di kelas, tadi, ia sudah sibuk membayang-bayangkan: bergambar apakah kartu pos Mama kali ini? Hingga Bu Guru menegurnya karena terus-terusan melamun. Lanjutkan membaca ‘– KARTU POS DARI SURGA’

– HAI AKU

mata 1

HAI AKU

I

Pada mulanya

Hanya sabda, “Hai, Aku!”

Tersamar gema

 

Yang bergeletar

Terdengar seperti “Kun!”

Pada telinga

 

Serupa telur

Sunyi pecah, menjelma

Ruh yang pertama

 

Di bawah bulan

Burung gagak terdiam

Terpukau dosa Lanjutkan membaca ‘– HAI AKU’

– PAGI DI SECANGKIR KOPI

Kopi dan Perempuan

                                                  – Peggy Melati Sukma

Aku akan menjadi kopimu,

yang rela mengendap sebagai kepedihanmu

yang sabar menghangatkan kesedihanmu.

Biarkan harum tubuhku, menenangkan jiwamu.

Lanjutkan membaca ‘– PAGI DI SECANGKIR KOPI’

– MENGINGAT JALAN-JALAN YANG DILUPAKAN INGATAN

Surealisme Ibu

Semua jalan, Ibu,

selalu membawaku

kepadamu.

 

Di kota yang telah dilupakan oleh ingatan,

aku mencoba mengingat jalan-jalan

yang pernah kita lalui. Juga jalan-jalan

yang belum pernah kita lalui,

             dan yang mungkin akan kita lalui.

 

Pada setiap jalan yang telah dilupakan oleh ingatan

selalu ada kisah yang menolak dilupakan,

          dan tak mungkin terlupakan.

Setiap jalan punya kisah yang dengan tabah

disimpannya sendiri, menanggung luka

                                dan kebahagiaannya sendiri.

Ketika melewati sebuah jalan

                              kita tak pernah tahu:

adakah  kita menambahi luka,

                     atau kebahagiannya.

  

 Apakah jalan yang kulalui, Ibu,

menambah lukamu.

Atau menyudahi kebahagianmu?

  Lanjutkan membaca ‘– MENGINGAT JALAN-JALAN YANG DILUPAKAN INGATAN’


Point your camera phone at the QR code below : qrcode enter this URL on your mobile : http://buzzcity.mobi/agusnoorfiles
April 2024
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Archives Files

Catagories of Files