Lama sekali saya tak menyegarkan blog ini. Setelah sekian lama asyik twiteran, akhirnya saya bisa kembali menyentuh blog ini dan mempermanisnya dengan sebuah puisi “pada hari ulang tahunmu aku menduga-duga” yang ditulis oleh kawan saya (berkat keajaiban twiter) Nugie Raditya yang berakun @radityanugie. Terimakasih Nugie, untuk puisinya. Barangkali, kita memang “harus tersesat” untuk sampai kepada kebahaagian atau kesedihan, dan rela “menyuguhkan diri pada perayaan itu” seperti dalam puisimu itu, Nugie. Atau mungkin puisi memang sebuah ihktiar sederhana untuk mempertahankan kenangan yang jauh, atau segala sesuatu, yang “tak pernah terjangkau, oleh panjang lengan ingatan”.
Anda, bisa membaca puisi Nugie Raditya itu, selengkapnya:
Puisi Nugie Raditya
PADA HARI ULANG TAHUNMU AKU MENDUGA-DUGA
kepada Agus Noor
kukira jarak antara kita
hanya sebentar tempuh perjalanan,
tapi aku masih juga harus tersesat
untuk sampai kepadamu,
menyuguhkan diri pada perayaan itu.
kau pun memulai pertemuan
dengan menyanyikan kesedihan itu.
sambil memejamkan mata,
kau meminjam kata-kata
untuk mengantarkanmu
pada kenangan yang jauh,
yang tak pernah terjangkau
oleh panjang lengan ingatan.
kau terus menerus menuang mabuk
di kepala dan dada,
agar bisa kau sepenuhnya lupa,
bahwa pada hari ini, di tempat yang lain,
ada yang merayakan kesedihannya
dengan meniupkan sebuah lilin dan sebuah doa:
“semoga tahun depan, aku masih bisa
meniupkan sebuah lilin lagi, untukmu.”
Jakarta 2011
Keren bgt
Lumayan