Cerpen Agus Noor
SETELAH bertahun-tahun mengembara, ia pulang ke kamar kontrakannya. Di lantai ia lihat selembar telegram tergeletak, berdebu. Sepertinya telegram itu diselipkan begitu saja lewat celah bawah pintu. Dengan jengah ia raih telegram itu, menghempaskan tubuh ke kursi rotan reot, lantas menyobek dan membaca: Telah meninggal dunia dengan tenang titik. Ia mendesah. Hmm. Akhirnya mati juga.
Tanpa mandi dan ganti baju, segera ia raih kembali ranselnya, bergegas mengunci pintu. Tak hirau pandangan beberapa tetangga kamar yang memandanginya heran.
“Pergi lagi, Bang?”
Ia tak menjawab. Kenapa orang mesti peduli pada kepulangan dan kepergian? Mungkin karena setiap orang tak pernah terbebas dari bayangan kematian, sesuatu yang membuat orang-orang kemudian membayangkan tentang kepergian – pergi ke dunia lain. Dunia macam apa? Selama ini ia selalu pergi. Pergi dan pergi. Apakah ia sudah melihat dunia yang lain itu? Lanjutkan membaca ‘– TELEGRAM’
Comments of Files